Purnama Interlokal

 Ada 4 hal di dunia ini yang tidak bisa sepenuhnya melalui campur tangan manusia namun ada Dzat Maha Agung yang dengan kebesarannya mengatur semua itu ,adapun 4 hal itu adalah kelahiran,kematian ,rezeki dan jodoh.pada kesempatan kali ini penulis ingin sedikit membahas tentang poin kedua yaitu kematian. kematian merupakan hal yang paling di takuti oleh manusia di muka bumi ini namun bagaimanapun setiap nyawa yang mempunyai kehidupan akan menemui ajal (kematiannya,red) .ketika ada warga masyarakat  mengalami kematian yang merasa kesusahan tentu adalah keluarganya ,mereka tertimpa musibah namun adat istiadat senantiasa malah memberatkan walaupun sebenarnya niatnya baikuntuk mndoakan dan meringankan beban si mayyit ketika hidup di dunia ,namun untuk itu perlu adanya kearifan lokal untuk mengatasi masalah pelik tersebut. Pada hari pertama kematian seseorang tentu ada beberapa tahap dalam merawat jenazah ,di antaranya yaitu memandikan.mengkafani ,mensholati dan menguburkan ,ke empat hal ini

 Kupatan,begitulah orang disini menyebutnya ,sebuah  tradisi yang telah turun temurun di wariskan oleh Nenek Moyang ,sebuah tradisi yang di selenggarakan 2 minggu mejelang bulan puasa ,tradisi yang menganjurkan agar setiap keluarga membuat makanan dengan bungkus dari daun lontar yang di atur oleh sedemikian rupa. tidak semua orang dari generasi ke generasi bisa membuat ketupat (kupat,red) karena perlu ketelitian dan tingkat kesabaran untuk bisa merangkainya dan membuat sebagaimana desainnya ,setidaknya ada beberapa jenis ketupat yang ada yaitu ketupat biasa ,ketupat bawang dan ketupat bongsor. dimana ada ketupat disitu uga ada lepet ,begitulah kira-kira peribahasa yang menggambarkan bagaimana kesinambungan antara ketupat dan lepet ,tentu hal ini tidak terlepas dari filosofi yang melatar belakangi tradisi turun temurun tersebut dari jaman kewaliyan hingga sekarang.Konon pada jaman dahulu kupat di buat untuk mempersatukan warga sebagaimana butir padi di dalamnya ,di masak hingga yang tad