dilema di usia senja tanpa adanya keturunan

Malam yang dingin memaksa orang untuk membatasi diri di luar rumah,hawa musim kemarau membuat cuaca terasa lebih dingin ketika malam mulai datang ,begitupun di siang hari sengatan mataharipun terasa lebih panas .
Mendekati bulan Agustus aneka perlombaan pun di siapkan untuk menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indonesia supaya semaraknya terasa hingga sampai ke kampung-kampung pelosok sekalipun .Muda mudi pun tak mau ketinggalan mengambil andil sesuai dengan keahlian dan kecakapan yang di punyai ,adapun golongan tua lebih suka menikmati bersama keluarganya ,menggendong cucu dan memantau dari pinggir lapangan.
Usia senja memang akan datang baik cepat atau lambat karena itu sudah menjadi suratan ,adalah tentang "bagaimana kita hidup bukan berapa lama kita hidup " begitulah kata-kata bijak yang sering kita dengar dari orang yang telah mengalami pahit dan getirnya cobaan hidup .Bagimana menjalani kehidupan ,menjalani hidup yang baik sembari menunggu ajal datang menjemput.
Adalah merupakan dilema ketika di usia senja tidak mempunyai keturunan yang menemani ,terasa ada kehampaan yang menyelimuti tentang apa dan siapa yang akan mengurus ketika tubuh sudah tak bisa beraktifitas maksimal ,walaupun itu merupakan pemberian dari Tuhan namun harus tetap di syukuri karena itu mungkin adalah jalan terbaik yang di pilih Tuhan untuknya.
Masalah akan timbul ketika pembagian harta warisan mulai di mulai ,namun alangkah baiknya ini bisa di antisipasi dulu oleh si Fulan (Orang yang tidak punya keturunan,red) dengan mentasyarrufkan (membelanjakan) hartanya untuk kemaslahatan orang banyak contohnya dengan waqof dan sedekah .Karena sebagimana Sabda Nabi "Ketika Anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara yaitu Shodaqoh jariyah, Ilmu yang bermanfaat ,dan Anak Sholih yang mendoakan kedua orang tuanya "., ketika keturunan tidak ada maka ambillah poin yang pertama dan kedua yaitu dengan bersedekah dan membagikan ilmu yang bermanfaat.
Dalam diskripsi Agama Islam ada ilmu yang mengatur tentang pembagian harta warisan yang disebut dengan ilmu Faroid ,disana di jelaskan bagimana jika si Fulan meninggal lalu meninggalkan beberapa ahli waris ,tentang bagian yang di dapat masing -masing ahli waris agar tidak berseteru satu sama lain,juga tentang wasiat si Fulan sebelum meninggal yang tidak boleh melebihi sepertiga dari harta warisan yang di punyai.
inilah pentingnya perencanaan dan perhitungan yang matang bagi Si fulan yang tidak mempunyai keturunan di usia senjanya ,agar tidak terjadi lagi perselisihan antara para saudara maupun keponakannya ketika ia telah meninggal dunia.
Wallohu a'lam .

Comments

Popular posts from this blog

diapit dua perusahaan raksasa,karangasem punya pesona

antisipasi musim buwuhan yang membuat pengeluaran membengkak

Kupatan ,tradisi di Tuban menyambut Bulan Ramadlan