film Wakil Rakyat ,film bertema politik yang membumi
Apa jadinya jika dua partai besar bersaing untuk mendapatkan dukungan suara pada pemilihan Legislatif yang akan di laksanakan 2 bulan lagi ? ,tentu segala daya dan upaya di kerahkan untuk bisa meraih animo dan perhatian dari masyarakat agar terkesan dengan paratai mereka.Adalah Bagiyo (tora sudiro ) yang bekerja menjadi office Boy (OB ) di sebuah perusahaaan yang bekerjasama dengan sebuah Gedung pertemuan .Suatu ketika di laksanakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas ) Partai Sosial Kerakyatan (PSK) ,dan kebetulan perusahaan bagiyo yang di tunjuk sebagai panitia untuk menyiapkan sarana dan prasananya ,tak di sangka-sangka di tengah acara Rakernas ada kucing yang melahirkan dan lupa di rapikan oleh bagiyo hingga akhirnya sang Induk kucing menyerang ketua Partai PSK dan mencakar wajahnya ,karena insiden tersebut akhirnyapun berbuntut panjang hingga akhirnya Bagiyo di pecat dari pekerjaannya.
Menjadi pengangguran nyatanya membuat rencana pertunangan Bagiyo dan tunangannya ,Ani (Revalina S.Temat) pun terancam gagal apalagi sang ayah yang tak kunjung juga memberi restu.Dalam ketidakpastian akhirnya Bagiyo pun menjual motor bututnya untuk memulai bisnis kecil-kecilan ,tak di sangka -sangka uangnya pun di rebut para pencopet di sekitar jalanan ramai kota Jakarta ,jaringan pencopet yang terstuktur rapi membuat ia kewalahan ,ia pun melawan mereka yang juga sedang berusaha merampok artis terkenal ,Atika (Wiwid gunawan) hingga akhirnya terjadi pertarungan sengit yang membuat bagiyo pingsan .
keberanian bagiyo menolong Atika ternyata berbuntut panjang karena tersorot media dan akhirnya ia pun nenjadi artis terkenal dan di undang di berbagai acara .Berkat ketenarannya sebuah partai besar saingan PSK beniat meliriknya untuk menjadi kader dan di calonkan di PILLEG mendatang .Adalah Partai Perjuangan Tiada Henti (PPTH) yang nelakukan itu hingga akhirnya mengirim bagiyo untuk sosialisasi dan kampanye di daerah terpencil di Kabupaten Gunung kidul.
Ternyata di daerah tersebut warganya tidak mengenal bagiyo yang terlanjur fenomenal,warga masyarakat desa tersebut lebih menghargai kejujuran dan ketulusan dari pada kata -kata muluk yang di obral saat kampanye politik.
Comments
Post a Comment